NAMA : Heri Iswanto
NIM : 10160706
FAKULTAS : Syariah
NIM : 10160706
FAKULTAS : Syariah
JURUSAN : Jinayah Siyasah
PEMBAHASAN ILMU
HADITS
Dengan menggunakan pendekatan ilmu hadits apa saja yang Anda pahami dari
hadits dibawah ini :
حدثنا محمد بن المثنى قال :
حدثنا عبد الوهاب الثقفي قال : حدثنا أيوب. عن
أبي قلابة .
عن أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان أن
يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما. وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله . وأن يكره
أن يعود في الكفر كما يكره أن يقذف في النار.)
رواه البخاري(
Artinya : “Imam
Bukhari meriwayatkan, ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibn
al-Mutsanna, ia berkata, “telah menceritakan kepada kami ‘Abd al-Wahhab
al-Tsaqafi, ia berkata, ‘telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abi Qilabah,
dari Anas, dari Nabi SAW., beliau bersabda, ‘Ada tiga hal yang apabila
seseorang memilikinya maka ia akan memperoleh manisnya iman, yaitu bahwa Allah
dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya, bahwa ia mencintai
seseorang hanya karena Allah SWT, dan bahwa ia benci kembali-kepada kekafiran
sebagaimana ia benci masuk ke dalam api neraka’.”(H. R Bukhari).
MATA RANTAI RAWI
MATA RANTAI SANAD
ò ñ
ò ñ
ò ñ
ò ñ
ò ñ
ò ñ
KRITIK SANAD
Adapun sanad hadits yang terdapat dalam
riwayat Imam Bukhari diatas adalah sebagai berikut :
Ø Anas bin Malik
Nama lengkapnya : Anas bin Malik bin Nadzor bin Dhomdom
bin Zaid bin Harom
bin
Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin An Najjar, Abu Hamzah Al Ansori Al
Khazraji.
Gelarnya : Rasulullah saw. memberikan gelar kepadanya ”Abu Hamzah (Singa)”. Abu
Bakar dan Umar telah mengangkat Anas sebagai amir di Bahrain, keduanya
pun berterima kasih kepadanya.
Wafatnya beliau : Imam Ahmad berkata : Anas bin Malik dan Jabir bin
Zaid wafat bersamaan pada hari Jum'at, tahun 93.
Guru-gurunya :
Rasulullah SAW, Abu Bakar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin
Rawahah, Abdullah bin Mas’ud, Usman bin Affan, Abdullah Bin Usman, Umar bin
Khottab, Mu’adz bin Jabal, Abu Hurairah.Dll.
Murid-muridnya :
Qatadah bin Di’amah, Budail bin Maisarah al-‘Aqili, Hasan al-Bashri, Khaitsamah
bin Abi Khaitsamah al-Bashriy, Sa’id bin al-Musayyib, Sulaiman bin Mahran
al-‘Amasy. Dll.
Derajatnya :
”karena Anas bin Malik adalah seorang sahabat. Maka, sudah disepakati dan tidak
diragukan lagi ke-tsiqa-hannya”.
Ø Abi Qilabah
Nama lengkapnya : Abdullah bin Zaid bin Umar bin ’Amru
bin Nabil
Kalangan : Tabi’in kalangan
pertengahan
Gelarnya : Abu Qilabah
Negeri : Bashrah
Tahun wafat : 104 H
Derajatnya : Menurut Abu Hatim : Tsiqah
Al ’Ajli : Tsiqah.
Ø Ayyub
Nama lengkapnya : Ayyub bin Abi Tamimah kaysan
Kalangan : Tabi’in kalangan biasa
Gelarnya :
Abu Bakar
Negeri : Bashrah
Tahun Wafat : 131 H
Derajatnya : Menurut Ad-Dzahabi : Imam
An-Nasa’i :
Tsiqah Tsabat.
Ø
Abdul
wahab
Nama lengkapnya : Abdul Wahab bin Abdul Majid bin Ash-Shalti
Gelarnya :
Abu Muhammad
Negeri :
Bashra
Tahun wafat : 194 H
Derajatnya : Menurut Ad-Dzahabi : Hafidz
Al ’Ajli : Tsiqah.
Ø Muhammad bin Al Mutsanna
Nama lengkapnya : Muhammad bin Al Mutsanna Abu Musa Al
Bashri
Kalangan : Tabi’ul Atba’
(kalangan tua)
Gelarnya :
Abu Musa
Negeri : Bashrah
Tahun wafat :
252 H
Derajatnya :
Abdullah
bin Ahmad berkata dari Ibnu Ma’in “tsiqah” dan Abu Sa’ad Al Harawi bertanya
kepada Adz Dzahili yang berkata “hujjah” dan Shalih bin Muhammad berkata
“shaduq hujjah”.Abu Hatim berkata “ hadisnya baik, shaduq (jujur)”Ad-Dzahabi
: Tsiqah, Ibnu Hajar : tsiqat tsabit
Ø Imam Bukhari
Nama lengkapnya :
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Badrdizbah
Al-Ju'fiy Al Bukhari
Gelarnya :
Al-Bukhari
Sebagian
menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin
dalam hal Ilmu Hadits).
Guru-gurunya : Abu Nashim An-Nabil, Makki bin
Ibrahim, Ubaidullah bin Musa,
Muhammad bin Salam
Al Baikandi, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Manshur, Khallad bin Yahya bin
Shafwan, Ayyub bin Sulaiman bin Bilal, Ahmad bin Isykab, Muhammad bin Tsa bin
Murid-miridnya : Al-Imam
Al-Husain Muslim, Al-Imam Abu ’Isa Ath Tirmizi, Al-Imam Shalih bin Muhammad, Al-Iman Abu
Bakar bin Muhammad bin Ishaq, Al-Iman Abu Fadhl Ahmad bin salamah dan
sebagainya
Adapun sanad yang terdapat dalam
riwayat Imam Bukhari diatas mempunyai kemampuan daya ingat yang kuat dalam
menghafal hadits dan mendapatkan derajat yang tsiqah, telah diakui oleh para
ulama.
KRITIK MATAN
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari diatas terkandung tiga perkara yang apabila seseorang memilikinya maka
ia akan merasakan manisnya beriman yaitu : أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما
سواهما (Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya), وأن يحب المرء لا
يحبه إلا لله (mencintai seseorang hanya karena
Allah SWT), وأن يكره أن يعود في الكفر كما يكره أن
يقذف في النار (benci kembali-kepada kekafiran sebagaimana
ia benci masuk ke dalam api neraka).
Nabi muhammad SAW telah menjelaskan kepada kita
untuk mendapatkan manisnya iman itu harus dilakukan dengan tiga perkara
sebagaimana yang terdapat di dalam hadits diatas, yaitu lebih mencintai Allah
dan Rasulullah-Nya dari pada sesuatu apapun, lebih mencintai Allah dan Rasul karena
semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah SWT yang hanya dititipkan kepada
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan semta-mata untuk beribadah karena
Allah bukan karena ingin dipuji oleh orang lain, tidak menduakan Allah dengan
sesuatu apapun, begitu juga kepada Rasulullah SAW. Yang kedua mencintai
seseorang hanya karena Allah SWT, mencintai seseorang tidak melebihi cinta kita
kepada Allah dan juga tidak mencintai seseorang karena ada maksud tertentu
dalam arti mencintai seseorang karena harta, jabatan, kedudukan dan
kecantikannya saja akan tetapi mencintai seseorang itu karena Allah dan
menuntunnya ke jalan yang benar atau menuju ke arah surga. Yang ketiga benci
kepada kekafiran sebagaimana benci masuk ke dalam api neraka, menjauhi atau
membenci semua yang telah dilarang oleh Allah SWT karena semua itu akan menjerumuskan
ke dalam api neraka dan selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang telah
diperintahkan oleh Allah dengan sebaik-baiknya. Jika ke tiga perkara tersebut terpenuhi
di dalam diri manusia, maka ia akan
merasakan yang namanya حلاوة الإيمان manisnya beriman.
Berdasarkan kandungan dari hadits di atas, dapat
dikatakan bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di atas adalah
”Hadits Shahih”, karena dalam perawi sanadnya mempunyai kemampuan daya ingat
yang kuat dan mendapatkan gelar tsiqah serta sanadnya bersambung.
TRANSAKSI
PROSES PENERIMAAN HADITS
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di atas
proses penyampaian atau penerimaannya menggunakan metode As-Sima’ yaitu
seorang guru membaca hadits yang dihafalnya atau yang ada di kitab tertentu di
hadapan murid, kemudian seorang murid mendengarkan dan memahaminya.
Metode ini bisa berbentuk:
1.
Membaca hafalan
2.
Membaca dari kitab-kitab
3.
Tanya jawab
4.
Dikte
Metode sima’ ini
dipandang sebagai metode yang paling bagus di antara metode yang ada para ulama
hadits,menurut jumhur ulama'.Sebab dimasa rasul, cara inilah yang
dijalankan,yakni para sahabat mendengarkan apa yang didektekan oleh Nabi.
Dengan cara ini terpeliharah kekeliruan dan kelupaan, serta mendekati kebenaran
lantaran sudah menjadi kebiasaan, setelah selesai mereka saling mencocokan satu
sama lain.
Lafadz yang digunakan dalam hadits tersebut
adalah lafadz حدثنا
(telah menceritakan/telah
menuturkan) berarti proses penyampaian atau penerimaannya secara langsung. Ayyub
menceritakan kepada Abdul wahab At-tsaqafi yang ia terima dari Abi Qilabah
sedangkan Abi Qilabah sendiri mendapatkannya dari Anas dan Anas menerimanya
langsung dari Nabi SAW. Kemudian Abdul Wahab menceritakan kepada Muhammad ibn
Mutsannah kemudian diceritakannya kepada Imam Bukhari yaitu sebagai perawi
terakhir. Jadi proses penerimaannya secara langsung atau disebut juga dengan
metode as-sima’. Sanadnya bersambung tidak terputus-putus dan jelas asal
usulnya.
HUBUNGANNYA DENGAN AL-QURAN
Hadits diatas ada hubungannya dengan Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 165
yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya
:
”Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada
Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim (orang-orang
yang menyembah selain Allah) itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.
( Al-Baqarah : 165).
Adapun surat
Al-Baqarah ayat 165 diatas menjelaskan bahwa orang yang beriman itu
cintanya kepada Allah lebih besar daripada selain Dia dan akan merasakan
manisnya iman sedangkan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah akan
mendapatkan balasan api neraka.
Sedangkan hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari diatas menjelaskan tentang perkara untuk
mendapatkan manisnya beriman. Adapun perkara tersebut yaitu termasuk perintah
kepada kita untuk lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya, kemudian mencintai
seseorang karena Allah, dan takut kembali kepada kekafiran sebagaimana ia takut
api neraka. Jika perkara tersebut terpenuhi dalam diri manusia maka mereka akan
mendapatkan manisnya iman.
Adapun makna yang
tersirat pada manisnya beriman tersebut yaitu kita memperoleh kebaikan-kebaikan
dan kemudahan dalam segala urusan serta yang paling utama dan yang kita
harapkan nikmatnya surga.
HUBUNGANNYA
DENGAN HADITS LAIN
Hadits yang diriwayatkan Imam
Bukhari tersebut berkaitan juga dengan riwayat Imam At-Tirmidzi berikut ini:
حَدَّثَنَا ابْنُ
أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا
يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ
أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar telah
menceritakan kepada kami Abdul Wahab dari Ayub dari Abu Qilabah dari Anas bahwa
Rasulullah SAW berkata tiga di antaranya mereka menemukan manisnya iman, yaitu Allah
dan Rasul-Nya yang lebih berharga baginya daripada yang lain, dan tidak mencintai
seseorang kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekufuran
setelah Allah menyelamatkan dia dari itu karena dia akan benci dilemparkan ke
dalam api neraka”. (H.R At-tirmidzi).
Kedua hadits diatas, riwayat Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi
tersebut mempunyai kesamaan makna yaitu menjelaskan tentang tiga perkara untuk
dapat merasakan manisnya iman, hanya saja sumber dan sanadnya yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar