PENELITIAN
SOSIAL DAN METODE ANALISIS WACANA
Disusun oleh :
Nama : Heri Iswanto
Nim : 10160706
Dosen
Pengampu :
Idawati,
S. Ag., M. Pd.
FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN JINAYAH SIYASAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
201
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berjudul ”
PENELITIAN SOSIAL DAN METODE ANALISIS WACANA SERTA KATA BERIMBUHAN ”. Sebagai salah satu syarat nilai tugas dalam mata kuliah Bahasa
Indonesia.
Sehubungan
dengan hal tersebut diatas, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini.
Namun
penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
A. Penelitian Sosial
1. Pengertian
Penelitian Sosial
2. Metode Penelitian
Sosial
a. Merumuskan Masalah
Penelitian
b. Menyusun Rancangan
Penelitian
c. Memilih Metode
Penelitian
3. Kerangka Teoritik dan Hipotesis
a. Diskripsi Teoritik
b. Hasil Penelitian
yang Relevan
c. Kerangka Berpikir
Pendahuluan
d. Hipotesis Penelitian
B. Analisis Wacana
1. Pengertian Wacana dan Analisis Wacana Secara Umum
2. Beberapa Pengertian Wacana
a. Kohesi dan Koherensi
b. Deisksis
c. Anafora dan Katafora
d. Pengacuan atau
Referensi
e. Konstruksi Endosentrik
dan Eksosentrik
3. Metode Analisis Wacana
a. Metode
Distribusional
b. Metode Prahma
Linguistik
c. Metode Analisis
Konteks
d. Metode Deskriptif
4. Klasifikasi Wacana
a. Berdasarkan Media
Penyampaian
1.
Wacana Tulis
2.
Wacana Lisan
b. Berdasarkan Sifat
1.
Wacana Fiksi
2.
Wacana Nonfiksi
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Pendahuluan
Saat
ini banyak sekali peneliti-peneliti baru bermunculan. Penelitian umumnya
berusaha untuk mencari jawaban dari suatu permasalahan. Akan tetapi sebenarnya
manusia dengan kemampuan dan pengetahuannya berusaha untuk mengembangkan
dirinya ke arah yang lebih baik. Manusia dengan nalar yang dimilki
memiliki kemampuan yang lebih dibanding makhluk lainnya. Penalaran tersebut akan dapat dikomunikasikan
kepada manusia lain melalui bahasa. Penalaran umumnya mempunyai ciri berfikir
logis dan analitik. Berfikir logis maksudnya penalaran didsarakan kepada
logika yang bisa diterima akal sehat. Sedangkan berfikir analitis,
maksudnya manusia mempunyai kemampuan untuk mencerna dengan mendalam segala
sesuatu yang dihadapi. Istilah
wacana (discourse) yang berasal dari Bahasa Latin, discursus, telah digunakan
baik dalam arti terbatas maupun luas. Secara terbatas, istilah ini menunjuk
pada aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan yang mendasari penggunaan bahasa
baik dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Secara lebih luas, istilah wacana
menunjuk pada bahasa dalam tindakan serta pola-pola yang menjadi ciri
jenis-jenis bahasa dalam tindakan. Analisis wacana, dalam arti paling sederhana
adalah kajian terhadap satuan bahasa di atas kalimat. Lazimnya, perluasan arti
istilah ini dikaitkan dengan konteks lebih luas yang mempengaruhi makna
rangkaian ungkapan secara keseluruhan. Para analis wacana mengkaji bagian lebih
besar bahasa ketika mereka saling bertautan. Beberapa analis wacana
mempertimbangkan konteks yang lebih luas lagi untuk memahami bagaimana konteks
itu mempengaruhi makna kalimat.
Sebagaimana telah
disebut, analisis wacana tidak hanya mengemuka dalam kajian bahasa, tetapi juga
dalam berbagai lapangan kajian lain. Kalau dalam linguistik, analisis wacana
menunjuk pada kajian terhadap satuan bahasa di atas kalimat yang memusatkan
perhatian pada aras lebih tinggi dari hubungan ketata-bahasaan (grammatical),
dalam sosiologi, analisis wacana menunjuk pada kajian hubugan konteks sosial
dengan pemakaian bahasa. Kalau dalam psikologi sosial, analisis wacana menunjuk
pada kajian terhadap struktur dan bentuk percakapan atau wawancara, dalam ilmu
politik, analisis wacana menunjuk pada kajian terhadap praktik pemakaian bahasa
dan tali-temalinya dengan kekuasaan.
A.
Penelitian Sosial
1.
Pengertian Penelitian Sosial
Penelitian Sosial, adalah
penelitian yang dilakukan untuk menginterpretasikan gejala-gejala yang terdapat
dalam masyarakat. Metode dan pendekatan dalam penelitian sosial tidak
jauh berbeda dengan penelitian ilmu alam.
Menurut Sutrisno Hadi, yang dimaksud dengan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan
sesuatu untuk mengisi kekosongan dan kekurangan, mengembangkan atau memperluas
dan menggali lebih mendalam apa yang sudah ada, serta menguji kebenaran
terhadap sesuatu yang sudah ada tetapi masih terdapat keraguan akan
kebenarannya.
Menurut Marzuki, penelitian
merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Menurut Sanapiah Faisal, penelitian merupakan aktivitas dalam menelaah suatu masalah dengan
menggunakan metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk menemukan
pengetahuan baru yang terandalkan kebenarannya (objektif dan sahih) mengenai
dunia alam dan dunia sosial.
Dari
pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah suatu
usaha untuk menemukan pengetahuan baru dengan menggunakan metode-metode ilmiah
secara sistematis untuk memperluas dan menggali lebih mendalam apa yang sudah
ada.
2.
Metode Penelitian Sosial
a.
Merumuskan Masalah
Penelitian
Masalah-masalah
penelitian umumnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Permasalahan
dalam penelitian akan memberikan arahan dan isi dalam proses penelitian. Kemampuan menetapkan masalah penelitian
sangat menentukan keberhasilan kegiatan penelitian yang dilakukan. Dalam
mengungkapkan permasalahan hendaknya peneliti menggunakan rumusan yang
spesifik, operasional, singkat, jelas dan padat. Hal ini penting untuk
menuntun dan mengarahkan peneliti terutama dalam penyusunan instrumen
penelitian.Dalam beberapa penelitian rumusan masalah sering digunakan dalam
penyusunan hipotesis Syarat-syarat utama dalam pennyusunan rumusan masalah
antara lain :
·
Menggunakan kalimat
pertanyaaan.
·
Mengungkapkan variabel
penelitian.
·
Mengungkapkan jenis
hubungan antar variabel.
·
Mengungkapkan subyek
penelitian.
Ciri-ciri pernyataan Masalah Penelitian yang baik
:
Masalah yang dipilih harus mempunya nilai
penelitian
1. Masalah harus mempunyai keaslian
2. Masalah harus menyatakan suatu hubungan
3. Masalah harus merupakan hal yang penting
4. Masalah harus dapat di uji
5. Masalah harus mencerminkan suatu
pertanyaan
Masalah yang dipilih dengan bijak, artinya :
1. Data serta metode untuk memecahkan masalah
harus tersedia
2. Biaya untuk memecahkan masalah, secara
relatif harus dalam batas-batas kemampuan
3. Waktu memecahkan masalah harus wajar
4. Biaya dan hasil harus seimbang
Masalah dipilih dengan kualifikasi peneliti
1. Menarik bagi peneliti
2. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi
peneliti
b.
Menyusun Rancangan
Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih
dahulu harus dipersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian. Segala rencana penelitian yang dituangkan dalam bentuk tulisan
disebut rancangan penelitian. Rancangan penelitian berisi pokok-pokok
perencanaan yang mencakup seluruh peneltian yang tertuang dalam satu
kesatuan naskah yang ringkas, jelas dan lugas. Rancangan penelitian sering
disebut disain penelitian. Apa bedanya dengan proposal penelitian? Proposal
penelitian merupakan rencana peneltian yang diajukan kepada pihak sponsor atau
lembaga untuk disetujui atau ditolak untuk mendapatkan dana (fund). Biasanya proposal penelitian disertai
dengan organisasi peneliti, pembiayaan dan waktu pelaksanaan. Dalam rancangan
penelitian, secara umum terdiri dari judul penelitian, latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan teori, hipotesa,
metodologi penelitian dan daftar pustaka. Penentuan topik dan judul penelitian.
Topik merupakan pokok permasalahan dari suatu penelitian. Penentuan topik
membantu peneliti dalam menentukan judul yang sesuai. Dalam menentukan topik
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini :
·
Topik harus terjangkau
oleh peneliti.
Topik
yang diambil disesuaikan dengan kemampuan peneliti. Peneliti harus menyesuaikan
dengan kemampuan akademik dan finansial dari topik yang akan diteliti.
·
Topik
dipandang penting dan menarik.
Topik
hendaknya akan memberikan sumbangan bagi kehidupan dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Selain itu hendaknya topik mempunyai daya tarik tersendiri bagi
peneliti, sehingga menimbulkan antusiasme dalam penelitian.
·
Topik memiliki kegunaan
praktis.
Topik
hendaknya dapat digunakan oleh masyarakat untuk mempermudah kehidupan
·
Data cukup tersedia.
Dalam
penelitian hendaknya didukung oleh fakta-fakta dan data-data yang akurat dan
kredibel.
Setelah topik penelitian
sudah ditentukan tahap berikutnya adalah menentukan judul penelitian. Dalam
menentukan judul hendaknya memperhatikan variabel utama penelitian, hubungan
antara variabel dan subyek penelitian.
Manfaat rancangan
penelitian
Rancangan
penelitian sangat diperlukan dalam penyelenggaraan penelitian. Rancangan
peneltian mempunyai manfaat sebagai berikut :
·
memberi pedoman yang
lebih detail kepada peneliti dalam menyelenggarakan penelitian.
·
memberikan rambu-rambu
batasan dalam penyelenggaraan penelitian, sehingga penelitian lebih efektif dan
efisien.
·
memberikan diskripsi
(gambaran) yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dan kesulitan apa yang
dihadapi dalam melakukan penelitian.
Syarat-syarat rancangan
penelitian
Supaya
rancangan penelitian lebih bermanfaat, maka rancangan penelitian harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
·
Sistematis, semua unsur
yang termasuk dalam rancangan penelitian harus tersusun runtut dan logis.
Misalnya rancangan penelitian diawali dengan judul, kemudian dilanjutkan dengan
latar belakang dan masalah yang mendasari peneltian tersebut.
·
Konsisten, maksudnya
harus terdapat kesesuaian di antara unsur-unsur dalam rancangan penelitian.
Judul harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian.
·
Operasional, maksudnya
segala yang terdapat di rancangan penelitian menggunakan bahasa operasional
yang jelas dan lugas. Apa yang dicari, apa yang yang ditanyakan, sampel mana
yang akan diukur dan sebagainya telah tercantum di dalamnya dengan jelas.
c. Memilih
Metode Penelitian
Dalam bagian ini
mencakup subyek penelitian, metode pengumpulan data, teknik pengolahan data dan
analisis data.
a.
Subyek penelitian.
Dalam
menentukan subyek penelitian sangat penting dalam penelitian. Subyek penelitian
mencakup lokasi penelitian, populasi dan penentuan sampel penelitian.
1.
lokasi
penelitian.
Seorang
peneliti hendaknya membatasi diri pada lokasi yang jelas. Maksudnya di wilayah
atau daerah mankah ia mengadakan penelitian. Sehingga hasil penelitian lebih
akurat, karena tidak semua tempat mempunyai karakteristik yang sama dengan
daerah yang ditelit
2.
Populasi.
Yang
dimaksud dengan populasi adalah semua individu yang menjadi obyek
penelitian. Jadi kalau yang kita teliti adalah Siswa SMA 1 Surabaya, maka
yang menjadi populasi adalah semua siswa SMA 1 Surabaya.
3.
Sampel.
Pengambilan
sampel dilakukan karena sering kita tidak mungkin mengamati seluruh populasi
yang kita teliti. Langkah-langkah dalam penarikan sampel sebagai berikut :
·
Menetukan karakteristik
populasi.
·
Menentukan teknik
pengambilan sampel.
·
Menetukan besar /jumlah
sampel.
·
Menarik sampel.
Teknik pengambilan sampel dapat dilakukan melalui
teknik-teknik sebagi berikut :
1) Sampel
acak (random sampling).
Setiap
subyek yang akan diteliti mempunyai kemungkinan yang sama untuk menjadi sampel.
Cara yang dapat ditempuh dalam pengambilan sampel ini adalah dengan cara undian.
2) Sampel
berstrata (stratified sampling).
Seandainya
populasi terbagi dalam strata (tingkat) yang berbeda-beda, semestinya
pengambilan sampel didasarkan pada tingkat harus terwakili. Misalnya
penelitian siswa SMA, mestinya kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 terwakili semua.
3) Sampel
wilayah (area probability sampling).
Pengambilan
sampel ini jika dalam penelitian meliputi wilayah yang sangat luas. Untuk itu
diperlukan pengambilan sampel didasarkan wilyah tertentu yang dapat mewakili
daerah yang lebih luas.
4) Sampel
proporsi (propostional sampling).
Pengambilan
sampel ini merupakan penyempurnaan dari sampel berstrata dan sampel wilayah.
Sampel ini didasarkan berapa jumlah perwakilan sampel yang mewakili kela maupun
wilayah penelitian.
5) Sampel
bertujuan (purpossive sampling).
Penentuan
sampel kadang tidak sesuai yang kita harapkan. Penentuan sampel ditentukan
berdasarkan pertimbangan tertentu agar tujuan penelitian dapat dicapai.
Pertimbangan ini anatara lain waktu, tempat yang jauh dan sebagainya.
6) Sampel
kelompok (cluster sampling).
Sebenarnya
hampir sam dengan sampel strata, setiap populasi terdiri dari
kelompok-kelompok. Sehingga setiap kelompok seharusnya terwakili dalam sampel
penelitian.
b.
Metode pengumpulan data
Sebelum
kita membahas teknik pengumpulan data, perlu kita bahas dahulu tentang data.
Secara umum data dibedakan menjadi data primer dan data sekunder
1.
Data
primer .
Adalah
data yang dieproleh langsung dari lapangan atau responden. Data tersebut data
berupa data kuisioner yang dibagikan atau wawancara langsung dengan nara
sumber.
2.
Data
sekunder.
Adalah
data yang diperoleh tidak langsung dari lapangan, tetapi sumber-sumber lain
seperti publikasi instansi, koran, dokumen dan sebagainya.
Di
dalam rancangan peneitian perlu dijelaskan metode pengumpulan data apa yang
dipergunakan. Ada beberapa metode yang sering dipergunakan dalam pengumpulan
data antara lain studi kepustakaan, observasi, wawancara, dan metode angket
c.
Teknik pengolahan dan analisis data
Setelah
itu, maka proses berikutnya adalah menentukan teknik pengolahan data dan
analisis data. Teknik pengolahan data erat kaitannya dengan jenis data yang
didapatkan. Terdapat 2 pendekatan dalam penelitian yaitu pendekatan
kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
1.
Pendekatan
kualitatif
Pendekatan
ini digunakan apabila data yang diperoleh dari lapangan merupakan data kuaitatif
yang tersaji dalam kalimat atau kata-kata. Biasanya penyajian data ini dalam
bentuk uraian naratif maupun diskriptif. Sehingga analisisnya sering disebut
analisis diskripsi.
2.
Pendekatan
kuantitatif
Pendekatan
ini dipergunakan apabila data yang diperoleh merupakan data-data yang berbentuk
angka. Untuk menganalisis data yang demikian menggungakan analisis statistik
yang diwujudkan dalam bentuk tabel, grafik, diagram dan sebagainya.
Penelitian yang
baik hendaknya memenuhi persyaratan berikut :
a.
Sistematis
Penelitian
dilaksanakan menurut pola tertentu. Pola tersebut dari yang paling sederhana
sampai yang paling kompleks. Tujuannya agar pelaksanaan penelitian lebih
efisien dan efektif.
b.
Terencana
Penelitian
telah direncanakan jauh-jauh sebelumnya. Sehingga penelitian merupakan kegiatan
yang disengaja dengan menggunakan langkah-langkah yang baku.
c.
Mengikuti
metode ilmiah
Dalam
mengadakan penelitian harus didasari cara-cara (metode) yang sudah ditentukan.
Dalam penelitian seharusnya menggunakan prinsip-prinsip memperoleh pengetahuan.
Dalam
melakukan penelitian, seorang peneliti mempunyai cara berfikir yang berbeda
dengan seorang yang bukan peneliti.
Cara berfikir
seorang peneliti, antara lain:
a.
Berfikir
skeptis
Adalah
rasa tidak percaya kepada sesuatu yang sudah ada. Peneliti harus selalu
menanyakan bukti mapun fakta yang mendukung penelitian.
b.
Berfikir
analitis
Seorang
peneliti harus mempunyai kemampuan untuk menganalisis setiap sesuatu yang baru
dan persoalan dalam penelitian.
c.
Berfikir
kritis
Seorang
peneliti harus mempunyai kemampuan berfikir yang kritis. Sehingga dalam
mengemukakan pendapat dan pikirannya didsarkan atas logika yang disertai dengan
pertimbangan yang obyektif dari lapangan.
d.
Jujur
Seorang
peneliti harus mengesampingkan kepentingan pribadi dalam penelitian. Sehingga
data yang diperoleh lebih obyektif tidak subyektif.
e.
Terbuka
Peneliti harus bersedia
mengemukakan hasil penelitian kepada pihak lain dan bersedia menerima masukan
dan kritik terhadap penelitian tersebut.
3.
Kerangka Teoritik dan Hipotesis
a.
Diskripsi Teoritik
Dalam diskripsi
teoritik akan diuraikan konsep-konsep sebagai berikut:
1. Kemampuan Menulis Karya Ilmiah
Menurut Sternberg,
kemampuan berarti kekuatan untuk menunjukan suatu tindakan khusus ataub tugas
khusus, baik secara fisik maupun mental. Kemampuan menulis mengacu pada
pengertian pengetahuan dan pemahaman menulis.
Menulis merupakan suatu
bentuk komunikasi tersendiri yang ditunjukan untuk ketidaktahuan pembaca.
Penulis biasanya lebih mengutamakan apa yang akan dikomunikasikan daripada
kepada siapa penulis berkomunikasi. Penulis juga harus melibatkan pembacanya.
Menulis membutuhkan pemikiran, disiplin, dan konsentrasi. Menulis melibatkan
pengerjaan sesuatu ke dalam bentuk yang relatif permanen. Dalam hal ini menulis
bukan hanya terfokus pada hal-hal seperti tulisan, ejaan dan tata bahasa,
pembaca juga akan menilai tulisan tersebut melalui gaya, isi, dan logika
penulis. Oleh karena itu, menulis membutuhkan perhatian dan pemikiran.
Kemampuan menulis
menuntut kemampuan menggunakan pola-pola secara tertulis untuk mengungkapkan
suatu gagasan atau pesan. Kemampuan menulis ini mencakup berbagai kemampuan,
misalnya kemampuan memahami apa yang akan dikomunikasikan, kemampuan
menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat, kemampuan menggunakan gaya bahasa
yang tepat, pilihan kata serta lainnya.
Dalam mengembangkan
tulisan menjadi karangan yang utuh diperlukan kemampuan berbahasa. Dalam hal
ini seseorang harus menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasannya. Ini
berarti bahwa seseorang harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat pula.
Kata-kata itu dirangkaikan menjadi kalimat-kalimaat yang efektif. Selanjutnya,
ditata menjadi paragraf-paragraf. Biasanya suatu paragraf dimulai dengan suatu
kalimat umum yang memperkaenalkan topik.
2. Pendekatan
Pembelajaran
Untuk menyelesaikan
suatu persoalan pokok dalam memilih tehnik belajar
-mengajar diperlukan
pendekatan tertentu. Pendekatan itu merupakan titik tolak atau sudut pandang
kita memandang seluruh masalah yang ada dalam program belajar-mengajar. Salah
satu segi yang sering disoroti orang dalam pengajaran bahasa, termasuk bahasa
Indonesia adalah pendekatan yang digunakan dalam pengajaran bahasa yang
berpengaruh pada pemilihan metode dan strategi atau teknik pengajarannya.
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bahasa sering kali dinilai dari pendekatan
yang dipilih dan dilakukan oleh guru atau pengajar karena dengan pendekatan
inilah kita dapat menentukan isi dan cara pengajaran bahasa.
Edward Anthony, seorang
ahli linguistik terapan dari Amerika, mengindentifikasi perbedaan antara
pendekatan, metode, dan teknik. Pendekatan adalah serangkaian asumsi yang
bersifat aksiomatis tentang sifat dan hakikat bahasa, pengajaran bahasa serta
belajar bahasa. Metode adalah rencana teratur dan didasarkan atas suatu
pendekatan yang dipilih.
3.
Penalaran Verbal
Penalaran verbal, yaitu
kemampuan berpikir untuk menarik kesimpulan yang dapat dipertaggungjawabkan
kebenarannya baik secara induktif maupun deduktif dengan menggunakan bahasa
sebagai sarana utama serta menghindari salah nalar.
Komponen-komponen yang
mengacu pada penalaran verbal tersebut adalah:
·
Penarikan kesimpulan
secaara induktif, yang meliputi generalisasi, analogi, dan hubungan
sebab-akibat
·
Penarikan kesimpulan
secara deduktif
·
Penghindaran salah
nalar
b. Hasil Penelitian yang Relevan
Susetyo dalam
penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Penguasaan
Struktur Terhadap Hasil Belajar Menulis” menyimpulkan bahwa secara keseluruhan
hasil belajar menulis pada kelompok mahasiswa yang belajar dengan pendekatan
pembelajaran terpadu lebih baik dibandingkan dengan belajar dengan pendekatan
tidak terpadu. Hasil penelitian ini juga menggambarkan bahwa bagi mahasiswa
yang memiliki penguasaan struktur tinggi, hasil belajar menulis kelompok yang
belajar dengan pembelajaran terpadu lebih baik dibandingkan dengan kelompok
yang dengan pendekatan pembelajaran tidak terpadu.
c. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah suatu model kontekstual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan faktor yang telah diindetifikasikan sebagai
masalah yang penting. Serta menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti.
Adapun
urutan untuk membuat kerangka berpikir yang baik adalah sbb:
·
Menetapkan
variabel
·
Membaca buku dan hasil
penelitian
·
Deskripsi teori dan
hasil penelitian
·
Analisis
kritis terhadap teori dan hasil penelitian
·
Analisis
komparatif terhadap teori dan hasil penelitian.
·
Kesimpulan
d. Hipotesis Penelitian
Hipotesis
penelitian adalah menarik kesimpulan sementara. Hipotesis juga dapat diartikan
sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori,
proposisi) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan karena kesimpulan
tersebut masih bersifat sementara.
B. Analisis Wacana
1. Pengertian Wacana dan Analisis Wacana Secara Umum
Wacana
adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu
dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah
makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Wacana adalah satuan bahasa yang
terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan
koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai
awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis.
Para
pakar bahasa telah memperkenalkan beberapa definisi wacana, seperti berikut:
Harimurti
(1984:204)"Wacana atau dalam Bahasa Inggrisnya ialah 'Discourse'. Wacana
merupakan satuan bahasa yang lengkap, yaitu dalam hierarki gramatikal merupakan
satuan gramatikal tertinggi ataupun terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam
bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku seri ensiklopedia dan sebagainya,
paragraf, kalimat atau kalimat yang membawa amanat yang lengkap."
Anton
M.Moeliono (1995:407)"Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan
sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat itu."
Menurut
Asmah (1982:3) bahwa wacana tidak mempunyai satu-satu jenis kalimat yang
berdiri secara utuh tanpa dipengaruhi oleh proses-proses kelahiran kalimat. Ini
bermaksud bahwa kalimat yang selalu didapati dalam struktur dan sistem secara
teratur. Asmah telah membedakan kalimat sistem dari ayat wacana. Kalimat sistem
adalah kalimat atau tutur yang dikeluarkan dan diasingkan dari konteks wacana,
sedangkan kalimat wacana yang juga disebut kalimat teks adalah kalimat yang
betul-betul terdapat dalam wacana teks dan wacana lisan.
Menurut
Edmonson di dalam Spoken Discourse: A Model jor Analysis (1981), wacana adalah
satu peristiwa yang terstruktur diwujudkan di dalam perilaku llinguistik
(bahasa) atau yang lainnya.
Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan,
sehingga terbentuklah makna yang serasi.
Analisis wacana
merupakan salah satu alternative dari analisis isi selain analisis isi
kuantitatif (yang lebih menekankan pada pertanyaan ‘apa’), sedangkan analisis
wacana lebih melihat pada ‘bagaimana’dari suatu pesan atau teks komunikasi.
Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita,
tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Selain itu, analisis wacana lebih
bisa melihat makna yang tersembunyi dari sebuah teks melalui struktur
kebahasaannya.
Analisis wacana dapat
melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif. Hal ini bukan
berarti metode ini lebih unggul , namun lebih menjelaskan bahwa setiap metode
memiliki karakteristik tersendiri, baik kelebihan maupun kekurangannya.
2. Beberapa Pengertian Wacana
a. Kohesi dan Koherensi
Kohesi adalah
keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana
sehingga terciptalah pengertian yang baik atau koheren. Kohesi merujuk pada
perpautan bentuk, sedangkan koherensi merujuk pada perpautan makna. Agar wacana
terlihat menjadi lebih baik harus memiliki keduanya. Kalimat atau kata yang dipakai
bertautan, pengertian yang satu menyambung pengertian yang lainnya secara
berturut-turut. Jadi, wacana yang kohesif dan koheren merupakan wacana yang
utuh. Keutuhan wacana merupakan faktor yang menentukan kemampuan bahasa.
b. Deisksis
Kata
deiksis berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘menunjuk’ atau ‘menunjukkan’.
Dalam KBBI (1991: 217), deiksis diartikan sebagai hal atau fungsi yang menunjuk
sesuatu di luar bahasa; kata tunjuk pronomina, ketakrifan, dan sebagainya.
Deiksis
adalah kata-kata yang memiliki referen berubah-ubah atau berpindah-pindah
(Wijana, 1998: 6). Menurut Bambang Yudi Cahyono (1995: 217), deiksis adalah
suatu cara untuk mengacu ke hakekat tertentu dengan menggunakan bahasa yang
hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi
situasi pembicaraan.
Deiksis
dapat juga diartikan sebagai lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa,
proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam
hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh
pembicara atau yang diajak bicara (Lyons, 1977: 637 via Djajasudarma, 1993:
43). Menurut Bambang Kaswanti Purwo (1984: 1) sebuah kata dikatakan bersifat
deiksis apabila rujukannya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung
siapa yang menjadi pembicara, saat dan tempat dituturkannya kata-kata itu.
Dalam bidang linguistik terdapat pula istilah rujukan atau sering disebut
referensi, yaitu kata atau frase yang menunjuk kata, frase atau ungkapan yang
akan diberikan. Rujukan semacam itu oleh Nababan (1987: 40) disebut deiksis
(Setiawan, 1997: 6).
Pengertian
deiksis dibedakan dengan pengertian anafora. Deiksis dapat diartikan sebagai
luar tuturan, dimana yang menjadi pusat orientasi deiksis senantiasa si
pembicara, yang tidak merupakan unsur di dalam bahasa itu sendiri, sedangkan
anafora merujuk dalam tuturan baik yang mengacu kata yang berada di belakang
maupun yang merujuk kata yang berada di depan (Lyons, 1977: 638 via Setiawan,
1997: 6).
Berdasarkan
beberapa pendapat, dapat dinyatakan bahwa deiksis merupakan suatu gejala
semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang acuannya dapat
ditafsirkan sesuai dengan situasi pembicaraan dan menunjuk pada sesuatu di luar
bahasa seperti kata tunjuk, pronomina, dan sebagainya. Perujukan atau penunjukan
dapat ditujukan pada bentuk atau konstituen sebelumnya yang disebut anafora.
Perujukan dapat pula ditujukan pada bentuk yang akan disebut kemudian. Bentuk
rujukan seperti itu disebut dengan katafora.
Fenomena
deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara
bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Kata seperti saya, sini,
sekarang adalah kata-kata deiktis. Kata-kata ini tidak memiliki referen yang
tetap. Referen kata saya, sini, sekarang baru dapat diketahui maknanya jika
diketahui pula siapa, di tempat mana, dan waktu kapan kata-kata itu diucapkan.
Jadi, yang menjadi pusat orientasi deiksis adalah penutur.
c. Anafora dan Katafora
Anafora ialah
pengulangan bunyi, kata, atau struktur sintaktis pada larik-larik atau
kalimat-kalimat yang berturutan untuk memperoleh efek tertentu, hal atau fungsi merujuk kembali pada sesuatu
yang telah disebutkan sebelumnya dulu wacana (yang disebut anteseden) dengan
substitusi, misalnya dulu Pak Karta rumahnya terbakar, kata “nya”
menunjuk kepada Pak Karta.
Katafora ialah
pengacuan pada sesuatu yang disebut di belakang, misalnya pada kalimat
“dengan gayanya yang khas, ia mulai bicara” mengacu pada ia.
d. Pengacuan atau
Referensi
Referensi dalam
analisis wacana lebih luas dari telaah referensi dalam kajian sintaksis dan
semantik. Istilah referensi dalam analisis wacana adalah ungkapan kebahasaan
yang dipakai seorang pembicara/penulis untuk mengacu pada suatu hal yang
dibicarakan, baik dalam konteks linguistik maupun dalam konteks nonlinguistik.
Dalam menafsirkan acuan perlu diperhatikan, (a) adanya acuan yang bergeser, (b)
ungkapan berbeda tetapi acuannya sama, dan (c) ungkapan yang sama mengacu pada
hal yang berbeda.
Juga dapat diartikan
acuan atau sebagai dasar / pedoman untuk pengembangan suatu masalah. Biasanya
dalam mengerjakan makalah atau membuat buku kita memerlukan buku rujukan.
e. Konstruksi
Endosentrik dan Eksosentrik
Konstruksi
eksosentrik adalah komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang
sama dengan keseluruhannya.
Konstruksi
eksosentrik biasanya dibedakan atas frase eksosentrik yang direktif atau
disebut frase preposisional ( komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di,
ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya
berkategori nomina) dan non direktif (komponen pertamanya berupa artikulus,
seperti si dan sang sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata
berkategori nomina, ajektifa, atau verba).
Konstruksi
endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki
perilaku sintaksias yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu
komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frase ini disebut juga
frase modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau
hulu (Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya
itu. Selain itu disebut juga frase subordinatif karena salah satu komponennya,
yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan
komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen
bawahan.
3. Metode Analisis Wacana
Pada dasarnya, metode
analisis wacana menempatkan manusia sebagai konstruk/ makhluk aktif (dinamis).
Yang mana peranannya sebagai peneliti media, memiliki fungsi memberikan
pengamatan secara sistematis dan teratur. Baik objek yang diteliti berasal dari
ilmu-ilmu alam, dan terlebih lagi ilmu-ilmu social. Adapun metode analisis
wacana terbagi menjadi empat metode yaitu :
a. Metode
Distribusional
Metode
Distribusional adalah metode analisis linguistik yang dikembangkan oleh
kalangan linguistik strukturalisme model Amerika, yang lebih dikenal dengan
sebutan kaum “Neo-Bloomfieldians”. Metode ini pada dasarnya merupakan reaksi
terhadap Metode Padan yang pada umumnya dipakai di dalam linguistik
tradisional. Karena cara bekerjanya berdasarkan logika yang bersifat
spekulatif, maka Metode Padan itu ditentang habis-habisan oleh linguistik
struktural.
Metode
distribusional atau metode agih (istilah Sudaryanto), yaitu menganalisis sistem
bahasa atau keseluruhan kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa
berdasarkan perilaku atau ciri-ciri khas kebahasaan satuan-satuan lingual
tertentu.
b. Metode Prahma
Linguistik
Dalam linguistik, analisis wacana menunjuk
pada kajian terhadap satuan bahasa di atas kalimat yang memusatkan perhatian
pada aras lebih tinggi dari hubungan ketata-bahasaan (grammatical), dalam
sosiologi, analisis wacana menunjuk pada kajian hubugan konteks sosial dengan
pemakaian bahasa. Kalau dalam psikologi sosial, analisis wacana menunjuk pada
kajian terhadap struktur dan bentuk percakapan atau wawancara, dalam ilmu
politik, analisis wacana menunjuk pada kajian terhadap praktik pemakaian bahasa
dan tali-temalinya dengan kekuasaan. Tampak jelas, digunakan dalam lapangan
kajian apa pun, istilah analisis wacana niscaya menyertakan telaah bahasa dalam
pemakaian.
c. Metode Analisis
Konteks
Konteks adalah sesuatu
yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar, konteks wacana
dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan konteks
ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-unsur
bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan depan, sifat kata kerja,
kata kerja bantu, dan proposisi positif
Di samping konteks ada
juga koteks. Koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain.
Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks.Wujud koteks
bermacam-macam, dapat berupa kalimat, pargraf, dan bahkan wacana.
Konteks
ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa unsur-unsur bahasa. Konteks
ekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan, topik atau kerangka
topik, latar, saluran, dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang
berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa. Partisipan mencakup penutur,
mitra tutur. dan pendengar. Latar adalah tempat dan waktu serta peristiwa
beradanya komunikasi. Saluran adalah ragam bahasa dan sarana yang digunakan
dalam penggunaan wacana. Kode adalah bahasa atau dialek yang digunakan dalam
wacana.
Konteks wacana ialah
tersusun dari berbagai unsur, seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu,
tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan saluran (Moeliono
dan Soejono Dardjowidjojo, 1988). Unsur-unsur itu berhubungan pula dengan
unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi bahasa yang dikemukakan Hymes.
Unsur-unsur itu adalah:
1. Latar (setting)
Latar ini mengacu pada
tempat dan waktu atau tempo terjadinya percakapan. Misalnya, percakapan
dikampus pada pukul 08.30 pagi, yang menghasilkan wacana sebagai berikut:
Ana : “Selamat pagi”
Ani :
“Selamat pagi”
Ana : “ Mau kuliah, Bu?”
Ani : “Ya, sudah terlambat ni, mari”
2. Peserta (Participants)
Peserta mengacu kepada
peserta percakapan, yakni pembicara dan pendengar atau kawan bicara, misalnya
antara Ana dan Ani pada contoh diatas, keduanya adalah peserta percakapan.
3. Hasil (ends)
Hasil mengacu pada
hasil percakapan, misalnya seorang pengajar brtujuan memberikan pelajaran yang
menarik kepada para pemelajar itu sendiri. Topik yang menarik belum tentu
hasilnya baik karena sangat bergantung pada pemelajar ittu sendiri dan cara
penyampaiannya. Kadang-kadang topik menarik, tetapi hasil tidak memuaskan.
4. Amanat (message)
Amanat mengacu pada
bentuk dan isi amanat. Bentuk amanat dapat berupa surat, esai, iklan pemberitahuan,
pengumuman.
5. Cara (key)
Cara mengacu pada
semangat melaksanakan percakapan, misalnya dengan cara bersemangat, menyala-nyala,
atau dengan cara santai, tenang meyakinkan.
6. Sarana (instrument)
Mengacu kepada apakah
pemakaian bahasa dilaksanakan secara lisan atau tulis, dan mengacu pula pada
variasi bahasa yang digunakan.
7. Norma (norms)
Mengacu pada perilaku
peserta percakapan. Misalnya, diskusi yang cenderung dua arah, setiap peserta
memberikan tanggapan (argumentasi).
8. Jenis (genre)
Mengacu pada katagori,
seperti sajak, teka-teki,dan doa. Jenis (genre) termasuk salah satu ciri pokok
wacana.
d. Metode Deskriptif
Metode deskripsi adalah
suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang.
Whitney
(1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung
dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Dalam
metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu
sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan
klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan
suatu standar atau suatu norma tertentu, sehingga banyak ahli meamakan metode
ini dengan nama survei normatif (normatif survei). Dengan metode ini juga
diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan memilih hubungan antara
satu faktor dengan faktor yang lain. Karenanya mentode ini juga dinamakan studi
kasus (status study).
Metode
deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar sehingga
penelitian ini disebut juga survei normatif. Dalam metode ini juga dapat
diteliti masalah normatif bersama-sama dengan masalah status dan sekaligus
membuat perbandingan-perbandingan antarfenomena. Studi demikian dinamakan
secara umum sebagai studi atau penelitian deskritif. Perspektif waktu yang
dijangkau, adalah waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang
masih terjangkau dalam ingatan responden.
4. Klasifikasi Wacana
a. Berdasarkan Media Penyampaian
1. Wacana Tulis
Wacana tulis ialah
wacana yang tersusun secara gramatikal maksudnya menggunakan tata bahasa yang
benar, menggunakan alat hubung seperti kertas, pena, dan lain-lain,
kata-katanya berstruktur maksudnya berurutan. Contoh wacana tlis,
artikel-artikel, majalah, tabloid dan lain-lain.
2. Wacana Lisan
Wacana lisan ialah
wacana yang penyampaiannya tidak menggunakan alat hubung karena disini langsung
ada yang berbicara dan yang mendengarkan, dan kata-katanya pun menggunakan
bahasa percakapan, dan urutanya pun tidak terlalu diperhatikan. Contohnya,
dialog antara penjual dan pembeli di pasar.
b. Berdasarkan Sifat
1.
Wacana Fiksi
Wacana
fiksi adalah wacana yang mengemukakan dunia imajinasi hasil kreativitas
pengarang. Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai
permasalahan manusia hidup, dan kehidupan. Wacana fiksi pada dasarnya merupakan
hasil pengungkapan kembali berbagai permasalahan yang dialami dan dihayati oleh
pengarang. Oleh karena itulah, wacana fiksi dapat diartikan sebagai rangkaian
kalimat mengenai kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu
dengan pemeranan, latar, serta tahapan, dan rangkaian cerita yang bertolak dari
hasil imajinasi.
2.
Wacana Nonfiksi
Wacana nonfiksi adalah
wacana yang mengemukakan suatu peristiwa atau kejadian nyata (fakta) yang
kemudian dikembangkan oleh pengarang menjadi suatu karya-karya, biasanya dalam
pembuatan wacana nonfiksi pengarang membutuhkan bukti-bukti atau acuan-acuan
untuk dijadikan sebuah karya.
Kesimpulan
Penelitian Sosial
Penelitian
Sosial, adalah penelitian yang dilakukan untuk menginterpretasikan
gejala-gejala yang terdapat dalam masyarakat. Metode dan pendekatan dalam
penelitian sosial tidak jauh berbeda dengan penelitian ilmu alam. Penelitian
juga mempunyai arti yaitu suatu usaha untuk menemukan pengetahuan baru dengan
menggunakan metode-metode ilmiah secara sistematis untuk memperluas dan
menggali lebih mendalam apa yang sudah ada.
Ciri-ciri pernyataan Masalah Penelitian
yang baik :
Masalah yang dipilih harus mempunya nilai
penelitian
·
Masalah
harus mempunyai keaslian
·
Masalah
harus menyatakan suatu hubungan
·
Masalah
harus merupakan hal yang penting
·
Masalah
harus dapat di uji
·
Masalah
harus mencerminkan suatu pertanyaan
Sebelum
melaksanakan penelitian, terlebih dahulu harus dipersiapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan penelitian. Segala rencana
penelitian yang dituangkan dalam bentuk tulisan disebut rancangan penelitian.
Rancangan penelitian berisi pokok-pokok perencanaan yang mencakup seluruh
peneltian yang tertuang dalam satu kesatuan naskah yang ringkas, jelas
dan lugas. Rancangan penelitian sering disebut disain penelitian.
Dalam menentukan topik hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut ini :
·
Topik harus terjangkau
oleh peneliti.
Topik
yang diambil disesuaikan dengan kemampuan peneliti. Peneliti harus menyesuaikan
dengan kemampuan akademik dan finansial dari topik yang akan diteliti.
·
Topik
dipandang penting dan menarik.
Topik
hendaknya akan memberikan sumbangan bagi kehidupan dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Selain itu hendaknya topik mempunyai daya tarik tersendiri bagi
peneliti, sehingga menimbulkan antusiasme dalam penelitian.
·
Topik memiliki kegunaan
praktis.
Topik
hendaknya dapat digunakan oleh masyarakat untuk mempermudah kehidupan
·
Data cukup tersedia.
Dalam
penelitian hendaknya didukung oleh fakta-fakta dan data-data yang akurat dan
kredibel.
Setelah
menentukan topik, yang harus kita lakukan adalah membuat rancangan penelitian
adapun manfaat rancangan penelitian adalah sebagai berikut :
·
memberi pedoman yang
lebih detail kepada peneliti dalam menyelenggarakan penelitian.
·
memberikan rambu-rambu
batasan dalam penyelenggaraan penelitian, sehingga penelitian lebih efektif dan
efisien.
·
memberikan diskripsi
(gambaran) yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dan kesulitan apa yang
dihadapi dalam melakukan penelitian.
Metode Analisis Wacana
Wacana
adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu
dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah
makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Wacana adalah satuan bahasa
yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan
koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai
awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis.
Analisis wacana merupakan
salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif (yang
lebih menekankan pada pertanyaan ‘apa’), sedangkan analisis wacana lebih
melihat pada ‘bagaimana’dari suatu pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis
wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga
bagaimana pesan itu disampaikan. Selain itu, analisis wacana lebih bisa melihat
makna yang tersembunyi dari sebuah teks melalui struktur kebahasaannya.
Pada dasarnya, metode
analisis wacana menempatkan manusia sebagai konstruk/ makhluk aktif (dinamis).
Yang mana peranannya sebagai peneliti media, memiliki fungsi memberikan
pengamatan secara sistematis dan teratur. Baik objek yang diteliti berasal dari
ilmu-ilmu alam, dan terlebih lagi ilmu-ilmu social. Adapun metode analisis
wacana terbagi menjadi empat metode yaitu : Metode distribusional, metode
Prahma linguistik, metode analisis konteks, metode deskriptif.
DAFTAR
PUSTAKA
Djajasudarma, Fatimah. 2010. Wacana
(Pemahaman dan Hubungan Antar Unsur).
Bandung: Refika Aditama
Hasan, Lubis Hamid. 1993. Analisis
Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa
Rohman, Dhohiri Taufik dkk. 2007. Sosiologi
3 (Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Yudistira
Wardarita, Ratu. 2010. Kemampuan
Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta: Pararaton
http//:www.blogspot.com/Analisis-wacana,metode
penelitian sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar